Tentu anda semua kenal diva nyanyi yang cantik ini, jeng Titi. Tapi, jangan berharap di dalam artikel ini akan anda temui bahasan tentang beliaunya. Silahkan baca lebih lanjut.
Just Noticeable Difference dan Satuan CENT
Apabila memiliki dua buah sumber bunyi, misalkan senar gitar, dan kedua senar tersebut anda tala pada frekuensi yang hampir sama, maka apabila dibunyikan bergantian anda tidak akan merasakan adanya perbedaan nadanya (frekuensinya). Anda akan menganggap bahwa kedua senar ditala pada frekuensi yang sama.
Kemudian apabila salah satu senar anda secara bertahap anda naikkan frekuensinya, dengan menambah tegangan pada senar gitar tadi, maka suatu saat anda akan mulai merasa bahwa kedua senar memiliki perbedaan nada. Nah keadaan hampir terdengar-beda (= menjelang terdengar beda) dikenal sebagai difference threshold. Dan perbedaan nada tersebut populer disebut sebagai Just Noticeable Difference (disingkat JND).
Di dalam spektra audio yang terentang dari 20Hz hingga 20 KHz, beda frekuensi dua nada yang masih dapat dirasakan telinga manusia ternyata tidaklah selalu konstan. Misal untuk daerah woofer, telinga manusia umumnya mendeteksi perbedaan sekitar 1.5 hingga 3 Hz. Untuk daerah high-mid dan low-treble telinga manusia mampu membedakan dua sumber nada dengan beda 0.3 hingga 0.5 Hz. Walau begitu, perbedaan yang kecil sering dapat dirasa oleh telinga manusia apabila dua nada tersebut dibunyikan secara bersamaan. Dalam batas tertentu telinga manusia masih mampu merasakan adanya beat atau selisih dua nada tersebut. Anda dapat melakukan percobaan sendiri dengan menggunakan software tone-generator yang bisa menghasilkan dua atau lebih nada secara bersamaan.
Pada 1830 seorang ahli matematik Inggris yang bernama Alexander J. Ellis setelah melakukan riset dan survey yang cukup luas, kemudian mendefinisikan perbedaan nada tersebut dalam bentuk faktor kelipatan, atau dalam skala logaritmis, bukan dalam bentuk linier sebagai selisih frekuensi. Faktor kelipatan tersebut diberi satuan cent atau sen. Satu sen adalah kelipatan frekuensi sebesar 2^(1/1200) atau 1.0057929410678534309188527497122 kali.
Sudah berabad auditory-perception telinga orang-orang barat menyepakati bahwa ada spasi antar-nada (interval) yang dianggap tidak sumbang (fals). Oleh Ellis inteval tersebut ditetapkan sebesar 100 sen. Mengingat dalam satu oktaf, yaitu jarak antara dua nada yang sama (lebih tinggi atau lebih rendah) terdapat 12 interval nada (semitone), maka lebar satu oktaf dengan sendirinya akan sebesar 1200 sen.
Tangga Nada Barat
Tangga nada barat yang kita kenal sekarang ini termasuk golongan yang disebut equal tempered tone-scale. Artinya jarak satu nada ke nada terdekat berikutnya selalu sama untuk setiap nada. Rangkuman praktisnya sebagai berikut :
- Jarak antara nada yang sama (baik ke atas atau ke bawah ) disebut satu oktaf (octave, gembayangan)
- Jarak antar-nada (antar pitch) disebut satu interval (semitone)
- Terdapat 12 interval dalam 1 oktaf
- Interval mempunyai satuan sen ( cent, bukan centimeter )
- Lebar interval selalu sebesar 100 sen
- Total lebar satu oktaf selalu sebesar 1200 sen.
Hubungan antara satu nada dengan nada yang lain disajikan dalam persamaan berikut :
Contoh :
Dalam tangga-nada barat didefinisikan frekuensi A4 sebesar 440 Hz. Kita akan menyetem dawai piano untuk nada-nada lainnya.
Penyelesaian :
1. Nada B4 berada 200 sen di atas nada A4.
Catatan : Angka 3986.314 berasal dari 1200/log(2).
Nada dan Frekuensi Pada Piano.
(Klik gambar untuk lebih jelasnya)
Contoh :
Dalam tangga-nada barat didefinisikan frekuensi A4 sebesar 440 Hz. Kita akan menyetem dawai piano untuk nada-nada lainnya.
- Hitunglah frekuensi nada B4.
- Hitunglah frekuensi nada A3 dan A5
- Hitunglah frekuensi nada B3 dan B5
Penyelesaian :
1. Nada B4 berada 200 sen di atas nada A4.
F[b4] / F[a4] = 2^(200/1200) = 1.1225
F[b4] = 1.1225 x 440 Hz = 493.88 Hz
2. Nada A3 berjarak 1200 di bawah nada A4.
F[a3] = 2^(-1200/1200) x 440 Hz
= 2^(-1) x 440 Hz
= 0.5 x 440 Hz = 220 Hz
3. Nada A5 berjarak 1200 di atas nada A4.
F[a5] = 2^+1200/1200) x 440 Hz
= 2^(+1) x 440 Hz
= 2.0 x 440 Hz = 880 Hz
Nada B3 dan B5 dapat dihitung dengan cara yang sama. Namun karena sudah diketahui frekuensi nada B4 maka frekuensi B3 pasti 1/2 frekuensi B4 dan frekuensi B5 pasti 2 kali frekuensi B4.
F[b3] = 0.5 x F[b4] = 0.5 x 493.88 Hz = 246.94 Hz
F[b5] = 2.0 x F[b4] = 2.0 x 493.88 Hz = 987.77 Hz
Perhatikan bahwa meski jarak A3~B3, A4~B4 dan A5~B5 masing-masing sejauh 200 sen, tetapi selisih frekuensinya tidak sama.
Sering menjadi pertanyaan apakah sumbang tidaknya tangga nada tergantung pada standarisasi nada-dasar. Jawabnya TIDAK. Yang menentukan sumbang atau tidaknya pitch dalam tangga-nada adalah interval. Misalkan kita menyanyi dengan nada DO yang frekuensinya tidak sama dengan C atau salah satu nada baku lainnya. Asalkan kita melantunkan nada-nada lain dalam interval 100 sen, maka dendangan kita tidak akan sumbang. Permasalahannya, apabila kita menyanyi diiringi alat-alat musik yang menggunakan standard nada, maka tangga-nada kita akan meleset, meski kita menyanyikannya dalam tangga-nada kita sendiri secara tepat. Kasus ini sama halnya dengan mencampurkan instrumen barat dengan instrumen musik tradisional. Akan selalu terdengar adanya kemelesetan (fals, out of tuned) dari orkestra campuran tersebut. Hal ini mengingat dalam sistem instrumen tradisional, seperti gamelan jawa - sunda - bali ( dan yang berakar dari situ ) memiliki interval antar-nada yang tidak 100 sen. Walaupun begitu, orkestra campuran sering memberi kenikmatan yang juga unik.
Tangga Nada Gamelan
Apakah interval dalam tangga-nada harus selalu 100 sen ? Jawabnya tidak. Interval 100 sen adalah bakuan yang digunakan musik barat. Walaupun demikian, di beberapa musik barat pun ada yang menggunakan interval yang tidak 100 sen. Contohnya ada di musik blues atau jazz. Untuk memenuhi kebutuhan semacam itu dibuatlah (selain biola , cello dan bas betot) dibuat tidak menggunakan fret, atau yang disebut fretless guitar.
Sumbang tidaknya tangga-nada sebuah sistem musik dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural dari bangsa yang memiliki sistem musik tersebut. Di bumi ini mungkin ada ratusan jenis tangga-nada. Sebagai contoh tangga-nada gamelan yang tersebar di Nusantara. Tangga-nada gamelan ( baik itu jawa, sunda, bali dan di beberapa tempat yang memiliki akar yang sama) paling tidak memiliki 2 jenis tangga-nada yang sama sekali berbeda dengan tangga-nada barat. Untuk gamelan paling tidak dikenal 2 jenis tangga-nada (titi-raras) yaitu : Slendro dan Pelog. Selain itu ada tangga-nada lainnya seperti gamelan Sekaten, gamelan Budda (jaman Majapahit) dan beberapa tangga-nada yang populer di tanah Parahyangan seperti Degung dan Madenda. Kita ambil contoh yang paling populer, Slendro dan Pelog, yang ada baik di Jawa, Sunda maupun Bali. Peta atau map interval ini menggunakan referensi tangga-nada barat dimana satu oktaf jaraknya 1200 sen. Dengan dasar tersebut, kita dapat melakukan perbandingan yang setara (manggis to manggis atau rambutan to rambutan) dengan pola sistem tangga-nada barat.
Catatan :
Tidak : karena memang interval kedua sistem musik tersebut berbeda sama sekali. Bahkan, sejauh ini belum ada kesepakatan, bahkan agaknya cukup sulit, mengenai frekuensi baku untuk nada dasar. Di dalam tradisi gamelan, satu set dengan set gamelan lain belum tentu atau bahkan tidak ada kesamaan nada dasarnya, meskipun intervalnya tetap sama. Ada banyak alasan yang melatar-belakangi masalah ini. Meski begitu, upaya untuk membuat bakuan nada dasar juga sudah cukup lama dimulai, terutama di perguruan-tinggi seni di Indonesia.
Ya : Ada cara agar kita dapat menggunakan sistem tangga-nada barat untuk bermain musik dengan tangga-nada tradisional. Caranya sederhana saja, kita gunakan nada-nada (key) yang mendekati sistem-tangga-nada tradisional. Umpamakan saja pada suatu set gamelan, setelah diperhatikan ternyata nada JI dekat sekali dengan nada C4. Maka tinggal kita cari nada-nada lainnya yang berdekatan. Nah nada-nada tersebut yang digunakan untuk memainkan musik gemelan. ( lihat di spreadsheet yang terkait dengan artikel ini). Dan cara inilah yang digunakan dalam ensemble campursari, dimana orkestra terdiri dari instrumen barat dan instrumen gamelan. Memang disana-sini sering terdengar mismatch, namun ternyata ada kenyamanan lain yang diperoleh.
Berikut adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk mencari nada-nada dalam tangga-nada barat untuk sistem tangga-nada Slendro maupun Pelog dan sebaliknya. Cetak kedua gambar, gunting lingkarannya dan gabungkan pada poros yang sama. Pencarian dilakukan dengan menempatkan nada-nada yang frekuensinya berdekatan. Lihat contoh pada gambar tersebut.
// end of article.
F[b4] = 1.1225 x 440 Hz = 493.88 Hz
2. Nada A3 berjarak 1200 di bawah nada A4.
F[a3] = 2^(-1200/1200) x 440 Hz
= 2^(-1) x 440 Hz
= 0.5 x 440 Hz = 220 Hz
3. Nada A5 berjarak 1200 di atas nada A4.
F[a5] = 2^+1200/1200) x 440 Hz
= 2^(+1) x 440 Hz
= 2.0 x 440 Hz = 880 Hz
Nada B3 dan B5 dapat dihitung dengan cara yang sama. Namun karena sudah diketahui frekuensi nada B4 maka frekuensi B3 pasti 1/2 frekuensi B4 dan frekuensi B5 pasti 2 kali frekuensi B4.
F[b3] = 0.5 x F[b4] = 0.5 x 493.88 Hz = 246.94 Hz
F[b5] = 2.0 x F[b4] = 2.0 x 493.88 Hz = 987.77 Hz
Perhatikan bahwa meski jarak A3~B3, A4~B4 dan A5~B5 masing-masing sejauh 200 sen, tetapi selisih frekuensinya tidak sama.
Sering menjadi pertanyaan apakah sumbang tidaknya tangga nada tergantung pada standarisasi nada-dasar. Jawabnya TIDAK. Yang menentukan sumbang atau tidaknya pitch dalam tangga-nada adalah interval. Misalkan kita menyanyi dengan nada DO yang frekuensinya tidak sama dengan C atau salah satu nada baku lainnya. Asalkan kita melantunkan nada-nada lain dalam interval 100 sen, maka dendangan kita tidak akan sumbang. Permasalahannya, apabila kita menyanyi diiringi alat-alat musik yang menggunakan standard nada, maka tangga-nada kita akan meleset, meski kita menyanyikannya dalam tangga-nada kita sendiri secara tepat. Kasus ini sama halnya dengan mencampurkan instrumen barat dengan instrumen musik tradisional. Akan selalu terdengar adanya kemelesetan (fals, out of tuned) dari orkestra campuran tersebut. Hal ini mengingat dalam sistem instrumen tradisional, seperti gamelan jawa - sunda - bali ( dan yang berakar dari situ ) memiliki interval antar-nada yang tidak 100 sen. Walaupun begitu, orkestra campuran sering memberi kenikmatan yang juga unik.
Apakah interval dalam tangga-nada harus selalu 100 sen ? Jawabnya tidak. Interval 100 sen adalah bakuan yang digunakan musik barat. Walaupun demikian, di beberapa musik barat pun ada yang menggunakan interval yang tidak 100 sen. Contohnya ada di musik blues atau jazz. Untuk memenuhi kebutuhan semacam itu dibuatlah (selain biola , cello dan bas betot) dibuat tidak menggunakan fret, atau yang disebut fretless guitar.
Sumbang tidaknya tangga-nada sebuah sistem musik dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural dari bangsa yang memiliki sistem musik tersebut. Di bumi ini mungkin ada ratusan jenis tangga-nada. Sebagai contoh tangga-nada gamelan yang tersebar di Nusantara. Tangga-nada gamelan ( baik itu jawa, sunda, bali dan di beberapa tempat yang memiliki akar yang sama) paling tidak memiliki 2 jenis tangga-nada yang sama sekali berbeda dengan tangga-nada barat. Untuk gamelan paling tidak dikenal 2 jenis tangga-nada (titi-raras) yaitu : Slendro dan Pelog. Selain itu ada tangga-nada lainnya seperti gamelan Sekaten, gamelan Budda (jaman Majapahit) dan beberapa tangga-nada yang populer di tanah Parahyangan seperti Degung dan Madenda. Kita ambil contoh yang paling populer, Slendro dan Pelog, yang ada baik di Jawa, Sunda maupun Bali. Peta atau map interval ini menggunakan referensi tangga-nada barat dimana satu oktaf jaraknya 1200 sen. Dengan dasar tersebut, kita dapat melakukan perbandingan yang setara (manggis to manggis atau rambutan to rambutan) dengan pola sistem tangga-nada barat.
Catatan :
- Nama nada jawa adalah : JI - RO - LU - PAT - MA - NEM - PI untuk nada 1 - 2 - 3 - 4 - 5 -6 -7.
- Pada tangga-nada slendro tidak terdapat nada PAT.
Tidak : karena memang interval kedua sistem musik tersebut berbeda sama sekali. Bahkan, sejauh ini belum ada kesepakatan, bahkan agaknya cukup sulit, mengenai frekuensi baku untuk nada dasar. Di dalam tradisi gamelan, satu set dengan set gamelan lain belum tentu atau bahkan tidak ada kesamaan nada dasarnya, meskipun intervalnya tetap sama. Ada banyak alasan yang melatar-belakangi masalah ini. Meski begitu, upaya untuk membuat bakuan nada dasar juga sudah cukup lama dimulai, terutama di perguruan-tinggi seni di Indonesia.
Ya : Ada cara agar kita dapat menggunakan sistem tangga-nada barat untuk bermain musik dengan tangga-nada tradisional. Caranya sederhana saja, kita gunakan nada-nada (key) yang mendekati sistem-tangga-nada tradisional. Umpamakan saja pada suatu set gamelan, setelah diperhatikan ternyata nada JI dekat sekali dengan nada C4. Maka tinggal kita cari nada-nada lainnya yang berdekatan. Nah nada-nada tersebut yang digunakan untuk memainkan musik gemelan. ( lihat di spreadsheet yang terkait dengan artikel ini). Dan cara inilah yang digunakan dalam ensemble campursari, dimana orkestra terdiri dari instrumen barat dan instrumen gamelan. Memang disana-sini sering terdengar mismatch, namun ternyata ada kenyamanan lain yang diperoleh.
Berikut adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk mencari nada-nada dalam tangga-nada barat untuk sistem tangga-nada Slendro maupun Pelog dan sebaliknya. Cetak kedua gambar, gunting lingkarannya dan gabungkan pada poros yang sama. Pencarian dilakukan dengan menempatkan nada-nada yang frekuensinya berdekatan. Lihat contoh pada gambar tersebut.
// end of article.
ijin copas ya bang!
ReplyDeleteSiplah, silahkan dilanjut. Tolong bantu broadcast utamanya menyoal salah satu tangga nada tradisional negeri kita slendro (salendro) dan pelog.... biar nggak keburu diklaim tetangga kita.
ReplyDeleteMakasih dah mampir ya. (oom yon)
Makasih om tulisannya.. Ini bisa buat rujukan penelitian gak ya om?
ReplyDelete